Jakarta, Kamis 22 Mei 2025 – Hive Five Literasi Bisnis | Banyak pelaku usaha, khususnya UMKM, masih mengira bahwa merek dagang dan nama usaha adalah hal yang sama. Padahal, pemahaman keliru ini bisa membawa risiko hukum, kehilangan hak atas brand, bahkan menghambat perkembangan bisnis.
Artikel ini akan membahas secara tuntas perbedaan antara merek dagang dan nama usaha, mengapa keduanya penting untuk legalitas dan branding, serta bagaimana melindungi bisnis melalui pendaftaran yang tepat.
Nama Usaha: Identitas Badan Usaha di Mata Hukum
Nama usaha adalah nama resmi yang terdaftar saat Anda mendirikan badan usaha, baik dalam bentuk PT, CV, firma, maupun usaha perseorangan. Nama usaha tercatat di Kementerian Hukum dan HAM melalui AHU (Administrasi Hukum Umum), dan muncul dalam dokumen legal seperti Akta Pendirian, NPWP, hingga NIB.
Fungsi Nama Usaha
- Menunjukkan entitas hukum yang bertanggung jawab atas kegiatan bisnis.
- Digunakan dalam dokumen legal, perjanjian, perbankan, dan perpajakan.
- Menjadi dasar operasional perusahaan di mata pemerintah.
Contoh: Jika Anda mendirikan PT Maju Sejahtera Abadi, maka itulah nama usaha Anda. Nama ini melekat pada entitas hukum, namun belum tentu menjadi nama yang dikenal konsumen.
Merek Dagang: Identitas Produk atau Jasa di Pasar
Merek dagang (trademark) adalah simbol komersial yang membedakan produk atau jasa Anda dari milik pihak lain. Merek dagang bisa berupa nama, logo, simbol, suara, atau kombinasi dari semuanya. Untuk memperoleh perlindungan hukum, merek harus didaftarkan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI).
Fungsi Merek Dagang
- Membangun brand awareness di pasar.
- Melindungi identitas produk dari penjiplakan.
- Menjadi aset bisnis yang bisa diwariskan, dijual, atau dilisensikan.
Contoh: Anda menjual minuman herbal dengan nama “Herboost” menggunakan logo daun hijau. Maka, Herboost adalah merek dagang Anda walaupun usaha Anda bernama PT Maju Sejahtera Abadi.
Risiko Jika Mengabaikan Perbedaan Ini
1. Hak Atas Merek Bisa Direbut Pihak Lain
Banyak pelaku usaha mengira nama usahanya otomatis melindungi brand mereka. Nyatanya, jika Anda tidak mendaftarkan merek dagang, pihak lain bisa lebih dulu mendaftarkannya dan secara sah memiliki hak eksklusif.
2. Bisnis Tidak Bisa Berkembang ke Skala Lebih Besar
Brand yang tidak didaftarkan mereknya sulit masuk retail modern, e-commerce, atau ekspansi internasional. Platform besar biasanya mensyaratkan bukti hak merek.
3. Rebranding Paksa Karena Gugatan Hukum
Banyak kasus UMKM harus mengganti nama produknya setelah digugat oleh pemilik merek terdaftar. Ini bisa menyebabkan kehilangan pelanggan dan biaya besar untuk rebranding.
Daftarkan Nama Usaha dan Merek Secara Terpisah
Pendaftaran nama usaha dilakukan saat mendirikan badan hukum melalui sistem AHU Kemenkumham. Sementara itu, pendaftaran merek dagang dilakukan melalui DJKI (Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual) dan bisa diajukan secara online di merek.dgip.go.id.
Langkah ideal untuk perlindungan penuh:
- Dirikan badan usaha dengan nama legal melalui AHU.
- Daftarkan merek dagang (nama brand dan logo) ke DJKI.
- Gunakan merek terdaftar dalam promosi, kemasan, dan penjualan.
Kesimpulan
Nama usaha dan merek dagang memiliki peran berbeda namun saling melengkapi. Nama usaha memberi Anda legalitas formal sebagai badan hukum, sementara merek dagang memberi perlindungan atas branding dan identitas produk Anda.
Menurut Hive Five Literasi Bisnis yang disampaikan pada Kamis, 22 Mei 2025, kesalahan paling umum pelaku UMKM adalah tidak mendaftarkan merek karena merasa cukup dengan memiliki badan usaha. Padahal, keduanya wajib dimiliki agar bisnis tumbuh secara sah, aman, dan bernilai jual tinggi.
🔍 Butuh Bantuan Daftarkan Merek dan Usaha?
Hive Five hadir untuk mendampingi UMKM dan pengusaha pemula melalui layanan pendirian usaha dan pendaftaran merek secara profesional, cepat, dan legal. Hubungi tim Hive Five sekarang juga dan wujudkan perlindungan legal penuh untuk bisnis Anda.
Hive Five News – Tempat UMKM Belajar, Tumbuh, dan Bertransformasi Secara Legal.