Jakarta, Hive five.co.id -Apakah Facebook mengganti namanya atau hanya melakukan rebranding nama perusahaan menjadi Meta? Jadi apa yang dimaksud oleh sang CEO Facebook dengan “perusahaan metaverse” ini? Akan jadi seperti apa perusahaan itu kelak?
Dia menambahkan perusahaannya terlihat seperti media sosial namun sebenarnya membangun teknologi dan menghubungkan orang. “Dan Metaverse merupakan batas berikutnya seperti halnya jejaring sosial saat kami mulai”.
Zuckerberg tidak hanya memiliki platform Facebook, tapi juga WhatsApp, Instagram, dan Oculus – pembuat perangkat VR – sehingga memiliki kesempatan besar untuk mewujudkan dunia metaverse ini.
Lewat merek-merek ini, Facebook memiliki jumlah pelanggan yang tidak ada duanya. Raksasa teknologi ini juga mengantongi semua pengetahuan penting untuk menciptakan dunia maya yang diinginkan: bagaimana orang berperilaku online, kepribadian mereka, hal yang disuka dan tidak suka, kiprah, minat, bahkan keadaan emosional pengguna.
Untuk membangun metaverse, para insinyur Facebook harus mampu menciptakan realitas baru di dunia virtual. Situasi bernama immersion ini dapat membuat pengguna lupa bahwa ia berada di dunia virtual.
Bayangkan sebuah game komputer yang berisi 2,9 miliar avatar. Saat game berlangsung, kecerdasan buatan mengumpulkan semua informasi tentang aktivitas para avatar tersebut.
Berbekal informasi dari miliaran pengguna Facebook, peneliti Facebook kini bekerja untuk menciptakan kualitas kunci dari metaverse, yaitu “presence” atau kehadiran. Perasaan ini muncul kita ketika sedang berada di suatu ruang bersama orang lain.
Peneliti tersebut di bawah divisi khusus bernama Reality labs. Banyak di antara mereka berlatar belakang gaming.
Facebook juga menggelontarkan uang ke perangkat lunak untuk mengaktifkan sistem “teleportasi” ke tempat lain (contoh: kantor) sehingga seolah-olah pengguna benar-benar ada di sana. Mereka juga menciptakan perangkat fisik seperti kacamata AR dan headset VR yang lebih canggih.
Saat ini, iklan mendominasi bisnis sosial di Facebook. Namun ternyata, langkah Facebook menuju perusahaan metaverse justru meningkatkan menambah potensi sumber pendapatan baru.
Di Facebook, pengguna terbiasa membagikan pemikiran, gambar, posting, aktivitas, acara, dan minat secara daring tanpa membayar. Kelak, pengguna bisa saja bersedia merogoh kocek untuk pelayanan interaktivitas lebih baik yang akan tersedia di dunia metaverse. Misalnya untuk memasuki area pribadi tertentu atau untuk melakukan hal-hal tertentu, seperti berteleportasi selama lebih dari beberapa menit pada suatu waktu.
Zuckerberg menyampaikan keyakinannya bahwa Facebook akan menghasilkan uang dari penjualan barang dan pengalaman virtual tertentu. Apakah kita akan membayar untuk pakaian avatar paling keren di masa depan, misalnya? Atau mungkin kita juga akan rela membayar demi melihat film terbaru di bioskop virtual?
Di dunia baru ini, kita mungkin akan berinteraksi dengan satu sama lain lebih sering dibanding biasanya. Hal ini menunjukkan lebih banyak peluang pendapatan bagi para penjaga gerbang.
Singkatnya, upaya menciptakan dunia virtual bagi pengguna untuk berinteraksi dengan teman dan keluarga mereka bukan sekadar visi yang mewah, namun juga kebutuhan bisnis. Mark Zuckerberg berhasil menciptakan platform media sosial pertama yang menjadi standar global. Sekarang, dalam realitas virtual, ia sedang mencoba mengulang kesuksesan yang sama.